Selasa, 05 Oktober 2010
Akhdan Mumtaz
Sahabat yang istimewa, kurang lebih begitulah arti nama anak saya yang kedua ini. Dudun sapaannya. Dia sendiri yang memilih begitu. Karena dulu waktu kecil sering saya gunduli, maka kadang saya memanggilnya ndul atau ndun, sampai akhirnya dia sendiri senang dipanggil Ndun, dan agak keberatan jika orang-orang terdekatnya memanggil Akhdan. Adalah guru-guru TKnya yang sering memanggilnya Akhdan, hingga kemudian dia sendiri tahu namanya adalah Akhdan Mumtaz. Mumtaz artinya istimewa, seistimewa pemilik namanya.
Kadang saya ingin orang-orangpun memanggilnya Ndun. Atau minimal orang lain tahu bahwa Ndun adalah panggilan sayang orang-orang terdekatnya.
Saya dan bapaknya, berusaha menghargai keputusan anak-anak, seperti misalnya Zaidan, selama dua tahun kami memanggilnya kakak, sampai semua orangpun memanggil dia si kakak. Tapi kemudian dia memutuskan , "Aku ingin dipanggil Aa..".
Akhdan lahir di malam 27 Januari 2004. Agak manja, jangan-jangan karena saya memberlakukan dia lebih manja dari yang lain. Sewaktu bayi, Ndun agak sering sakit, terutama kalau musim panas berdebu. Sepertinya sih ISPA, tapi dokter tidak memfonisnya asma, walaupun punya kemiripan ciri-ciri.
Ndun kecil saya titip di SPB al muslim, tempat penitipan balita, sejak usia 2 bulan. Mungkin karena dari kecil sudah terkontaminasi polusi bekasi, kesehatannya jadi ringkih.
Alhamdulillah usia 6 tahun sekarang, Ndun tidak pernah lagi sesak nafas.
Ndun juga alergi satu antibiotik. Entahlah, susah menelusurinya. Karena menurut dokter yang memberikannya, dia selalu memberi antibiotik itu. Kadang tidak alergi, tapi sudah 3 kali alergi. Ada bagian tubuhnya yang melepuh kalau alerginya datang.
Ga tega saya melihat Ndun kalau sedang sakit seperti itu.
Makanya, saya memang merasa lebih memanjakan dia. Mudah-mudahan tidak salah.
Karena faktor biaya dan pertimbangan masa depan, saya memilih menyekolahkan Ndun di SD al amin, yang lebih dekat dengan rumah. Pelajaran agamanya juga lebih banyak. Saya merasa harus banyak mengevaluasi program sekolah anak-anak saya. Karena ternyata mahal tidak selalu memberi kepuasan hati, apalagi kepuasan hasil.
Ndun juga harus mandiri. Saya berharap banyak pada kemandiriannya. Ndun lebih berani menghadapi masalah. Dia belajar memilih sesuatu pada saat orang tuanya tidak di dekatnya.
Ketika TK, ternyata Ndun anak yang tidak mudah mengikuti aturan yang diterapkan gurunya. Di kelas, dia sering belajar di atas lemari buku. Tapi ada rasa bangga terselip, karena dua kali dia memperoleh piala, penghargaan bidang kognitif dan psikomotorik. Artinya, dia memposisikan diri belajar menurut cara dia. Mudah-mudahan jadi pembelajaran juga untuk bapak dan ibu gurunya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah meninggalkan pesan ..