CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 07 Agustus 2012

Selasa, 31 Juli 2012

Memisahkan Anak dan Gadget di Bulan Ramadhan

Setiap ramadhan tiba beberapa tahun belakangan, pasti keluhan orang tua sama bahwa setiap saat anak-anaknya tidak bisa lepas dari gadget. Entah itu kirim sms, BBMan, Fban, atau ngetwit. Dan untuk pecandu games,ngabuburit menjelang buka memang pas banget buat main game. Sayangnya, main habis gamesnya diawali sejak habis sahur sampai menjelang maghrib. Apalagi di hari liburnya. Akhirnya menjadi bermasalah ketika anak-anak tidak bisa melakukan hal lain selain main gadget ini.
Gadget memang menjadi andalan sebagian orang tua agar puasa anak-anaknya lancar. Dengan asyiknya main gadget diharapkan anak-anak tidak kecapean bermain di luar lalu mereka lupa lapar dan hausnya. Namun, mengisi Ramadhan dengan gadget sepanjang hari tentu saja membuang kesempatan mendapatkan bonus pahala yang memang banyak dilipatgandakan di bulan ini. Lagipula, anak-anak harus diberikan pengetahuan dan latihan melakukan hal-hal yang lebih baik dalam mengisi shaum mereka.

Bagaimana caranya memisahkan anak dengan gadget mereka?

Yang pertama harus kita ingat adalah bahwa kebiasaan yang kita lakukan sebagai orang tua setiap ramadhan sebagiannya tentu berasal dari didikan orang tua kita. Semisal, pergi taraweh ke masjid lewat jalan A dan pulangnya lewat jalan B seperti yang dilakukan keluarga Thamrin Dahlan lewat kisahnya beliau tulis di Buku Bukan Orang Terkenal. Saya sendiri selalu minum susu ketika berbuka kini karena demikianlah ibu saya selalu menyediakannya ketika saya buka puasa saat kecil dulu. Semuanya tentu memiliki alasan. Ke masjid dengan mengambil jalan berbeda agar silaturahim tetap terjalin dengan lebih banyak orang di dua ruas jalan tersebut. Minum susu setiap buka puasa dimaksudkan untuk bisa menggantikan minuman manis lainnya, sehingga energi yang hilang selama puasa akan pulih kembali.

Artinya, kebiasaan yang kita berikan pada anak kita sekarang selama shaum, akan dia bawa hingga dewasa kelak. Tentu tidak menjadi lebih bermakna ketika ramadhan anak-anak kita kehilangan pembelajaran untuk mengisinya dengan beribadah. Untuk itu, teladan adalah kunci sukses mengisi ramadhan bagi anak-anak kita.

Dengan menyadari arti teladan, kita sebagai orang tua pasti juga akan membatasi diri menggunakan gadget. Biasanya, kebiasaan orang tua lekat dengan gadgetnya yang juga membuat anak-anak melakukan hal yang sama. Aturlah waktu dengan baik secara demokratis dan atas kesepakatan bersama, kapan boleh main gadget. Dengan begitu, anak-anak masih punya waktu untuk membaca Al Quran dan melakukan hal-hal yang lain. Sebaiknya, lakukan beberapa kegiatan secara bersamaan. Misalnya pada saat baca Al Quran, sehingga orang tua bisa benar-benar menyaksikan ibadah ini dilakukan.

Hal yang juga penting adalah konsistensi. Aturlah bagaimana caranya semua peraturan yang sudah dibuat bersama bisa berjalan dengan baik dengan penuh tanggungjawab semua penghuni rumah. Jangan sekali-kali melanggar, karena ketidakkonsistenan akan menjadi awal kegagalan suatu komitmen.

Kamis, 10 Mei 2012

Kisi-Kisi Ulangan Akhir Semester Genap Kelas X 2012


Silahkan download di sini untuk kisi-kisi Ulangan Akhir Semester Genap kelas X.

Kisi-kisi Ulangan Akhir Semester Genap Kelas XI IPS


Kisi - kisi Ulangan Akhir Semester Genap bisa didownload di sini

Selasa, 08 Mei 2012

Inilah dia jadwal ulangan akhir semester genap yang kalian nantikan ..

klik saja di sini.


Selasa, 03 April 2012

Anak Autis itu Istimewa

2 April adalah peringatan Hari Autis Sedunia. Hari spesial untuk anak-anak yang juga spesial. Anak autis yang kita kenal sebagai anak yang punya dunia sendiri, adalah anak-anak yang memang memiliki karakter berbeda dengan anak-anak lainnya.

Rabu, 28 Maret 2012

Kerja Kelompok Bikin Bodoh, Benarkah ?

bisnisindeks.com

Hari ini di kelas Leadership, anak-anak sedang membuat tulisan pertamanya untuk buku yang akan mereka tulis. Kelas memulai diskusi dalam masing-masing kelompok.  Hari ini saya bertugas sebagai pemandu dan penasihat mereka dalam proyek ini.

Masing-masing kelompok mulai berdatangan menceritakan masalahnya masing-masing. Satu yang  menarik adalah ketika kelompok Working with Group membuka sebuah artikel orang lain di laptopnya. Terbacalah tulisan tentang kerja kelompok yang bikin bodoh. Anak-anak kelompok tersebut tergopoh-gopoh berdatangan. “Bu, kok ditulisan ini ternyata kerja kelompok bikin bodoh ? Kalau gitu ngapain kita kerja kelompok? “
Waah.. ga mungkin dong. Saya minta mereka membaca kembali baik-baik. “.Ooh.. ternyata kalau anggota tersebut selalu pasif, maka dia akan bertambah bodoooh..“, mereka menyimpulkan sendiri. Menjawab pertanyaan yang merupakan bahasan mereka tentang efektifitas kerja kelompok.
Kerja kelompok atau dalam istilah pelajaran Leadership kami dikenal dengan  working with group, adalah suatu kegiatan siswa di mana siswa berbaur dalam komunitasnya membentuk sebuah kelompok dan bekerja bersama dalam kelompok tersebut. Tujuannya antara lain :
  • untuk saling memberikan motivasi antaranggota kelompok. Biasanya anggota kelompok dibuat sesedikit mungkin agat efektifitas belajar dapat terpenuhi. Semakin banyak anggota kelompok kadang membuat kelompok tersebut kehilangan makna belajarnya itu sendiri. Lima orang dalam kelompok biasanya sudah bisa mencerminkan kelompok yang efektif. Tidak terlalu banyak dan tidak pula terlalu sedikit, dengan begitu pembagian tugas dan pemantauannya akan mudah.

  • untuk lebih mengeratkan pertemanan mereka dalam kelas, karena memang terkadang pertemanan siswa terjebak ke dalam pembentukan gank yang kurang baik. Gank ini akan memungkinkan setiap anggotanya hanya mencari anggota yang lain dalam kelompoknya. Maka, akan lebih baik jika guru membuatkan kelompok berdasarkan beberapa kriteria. Misalnya, putra dan putri terpisah, atau campuran dengan jumlah yang sama, atau berdasarkan letak rumah jika tugas yang diberikan adalah tugas mandiri, atau bisa juga melihat kondisi pertemanan mereka. Pisahkan para anggota gank agar mereka tetap mampu bergaul dengan yang lainnya.

  • untuk menciptakan iklim kreatif dalam diri siswa. Iklim ini tercipta jika siswa dalam kelompok sudah mampu mengungkapkan pendapat mereka. Salah satu cara agar mereka mampu adalah terus melatihnya dan tetap memberikan kepercayaan dalam  tugas-tugas yang menuntut kreatifitas mereka. Tidak ada salahnya guru memberikan contoh ide-ide gila yang ternyata lebih diminati anak. Misalnya, ketika anak-anak belajar membuat blog maka  saya contohkan blognya Raditya Dika yang sudah bisa dijadikan buku dan buku ini  diminati anak muda. Dengan begitu, anak-anak akan antusias juga mengeluarkan ide-ide gilanya.
Namun, tidak sedikit siswa yang memang tidak memanfaatkan kegiatan working with group ini dengan baik. Selalu saja kita bisa bertemu anggota kelompok yang tidak partisipatif. Diam saja, pasif, hanya mengandalkan teman-temannya yang lain atau hanya jadi penggembira. Anak-anak bermodel beginilah yang  kalau tetap dibiarkan akan menuju keadaan bodoh seperti  dimaksudkan dalam judul di atas.
Jadi, bukan kerja kelompoknya akan akan membodohkan anak, namun pengelolaan kelompoknya yang menjadi sangat penting agar kelompok bisa efektif dan bermanfaat dalam pembelajaran. Maka, tugas bapak ibu gurulah yang harus memantau agar setiap kelompok bisa berjalan sesuai dengan tugasnya masing-masing