Bahasa gaul menempati kejayaan pada setiap masanya. Saya masih ingat betul istilah memble, kece, atau doski di tahun 80an walaupun pada saat itu saya masih SD. Namun, intensitas penggunaan bahasa gaul yang sering terdengar membuat semua orang pada masanya tahu benar penggunaannya. Memble dipakai untuk mengistilahkan sesuatu hal yang payah, jelek, dan hal yang serupa dengannya.
Dalam penggunaan kalimat, pemakaiannya bisa beragam, misalnya :
“memble aje nih…“, kata seorang remaja tahun tersebut pada temannya yang sedang termenung.
“Memble” di sini artinya: kok terlihat susah amat sih..
“Memble banget nih sepeda“, kata seorang remaja tahun tersebut ketika melihat sepedanya rusak melulu. “Memble” di sini berarti : payah.
Sementara kata lain seperti kece, biasa digunakan untuk melukiskan hal-hal yang cantik dan bagus. Misalnya : “Kece banget sih kamu … “.
Maka, bolehkah generasi 80an kita sebut generasi memble tapi kece. Hehe..Istilah ini beberapa waktu lalu dijadikan sebuah judul lagu oleh sebuah grup musik Indonesia.
Yuk, kita sekarang menengok bahasa gaul zaman sekarang yang ngetrend dengan nama bahasa alay. Bahasa ini trend sekitar dua tahun yang lalu. Kamusgaul.com menuliskan bahwa Alay artinya “anak layangan”, yang bisa diartikan “anak kampung” atau kampungan yang rata-rata berambut merah dan berkulit sawo gelap karena kebanyakan main layangan, atau juga orang kampung norak yang baru bisa berlagak jadi KOOL. Alay memiliki suatu budaya menulis baru yakni tulisan gede kecil dengan substitusi angka dan simbol.
Herannya, walaupun mereka menyebutkan bahwa alay adalah sesuatu yang kampungan, tapi hampir semua anak-anak, remaja, bahkan beberapa orang tua terlibat dalam penggunaan bahasa alay ini. Mereka menyadari bahwa mereka norak , namun apadaya dunia terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja.. Dasar Lebay !
Bahasa alay dalam percakapan sehari-hari masih sering kita jumpai dewasa ini. Kemungkinan masa berjayanya bisa sampai beberapa waktu ke depan. Beberapa istilah yang sering dijumpai semisal:
- iya : ia
- kamu: kamuh,kammo,kamoh,kamuwh,kamyu,qamu,etc
- aku : akyu,aq,akko,akkoh,aquwh,etc
- maaf: mu’uph,muphs,maav,etc
- sorry: cowyie,cory,tory(?),etc
- add : ett,etths,aad,edd,etc
- for : vo,fur(zz),pols,etc
- lagi : agi,agy
- makan: mums,mu’umhs,etc
- lucu : lutchuw,uchul,luthu,etc
- siapa: cppa,cp,ciuppu,siappva,etc
- apa : uppu,apva,aps,etc
- narsis: narciezt,narciest,etc
- tulisannya gede kecil dan pake angka… dan masih banyak yang lainnya .. (yang ini kopian dari berita aneh.com).
Contoh penulisan alayers di status FB :
“…G46 PnY4 ML4m mgu G46 P4,, 6aG pnY4 Pcr G46 Pp4,,, 45Al pNy4 du11TT B4NY4kkk…. H4Rta,, T4ht4,, c1nta,,, h4ny4 C1nT4 l4hH yg Gag q m1L1ki… h4H4h4,,,45sy3ekkk… “
Saya juga pernah sempat harus menarik seorang anak untuk menterjemahkan sebuah sms yang masuk dari anak murid saya yang lain yang mengabarkan sesuatu hal.
Memang, penggunaan bahasa alay ini bisa ditemukan dalam tulisan di berbagai media, sms, status facebook, twitter, bahkan pada saat anak-anak menuliskan jawaban pada lembar jawaban ulangannya. Gubrak deh!
Saya coba bandingkan pemakaian dua generasi bahasa ini, antara generasi memble tapi kece dan generasi alayers. Seingat saya, tahun 80an bahasa gaul hanya dipakai orang-orang remaja, dewasa, dan sebagian orang tua, tidak termasuk anak-anak. Tapi bahasa alay digunakan merata hampir pada semua anak. Dari tingkatan yang sekolah di SD hingga anak SMA. Belum lagi pada level mahasiswa atau orang tua. Hanya mungkin persentase pemakaiannya yang tidak terlalu banyak.
Banyaknya anak usia sekolah yang menggunakan bahasa gaul sekarang menjadi salah satu penyebab mereka tidak mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar pada tempatnya. Pondasi kebahasaan mereka belum mantap lalu ditimpa oleh munculnya bahasa gaul yang kemudian dianggap sebagai suatu keharusan berbahasa sehari-hari. Media dan tekhnologi yang semakin canggih dan mudah dijangkau anak-anak inipun menambah suasana jadi bertambah parah. Dengan seringnya menulis sms atau status FB berbahasa alay membuat mereka tidak menyadari bahwa itu bukanlah bahasa yang harus mereka pakai di dunia pendidikan. Bukankah menjadi menggeramkan jika anak-anak menjawab soal ulangan juga berbahasa alay ?
Para Guru Bahasa Indonesia ditantang untuk membumikan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tugas ini juga harus didukung para guru mata pelajaran lain agar terjadi sinergi saling mendukung. Anak-anak harus diberitahu bahwa biarlah bahasa gaul hanya dipakai gaul di kalangan tertentu saja, tapi tidak dalam dunia pendidikan. Saya merasa, ada hubungannya antara penggunaan bahasa gaul dalam keseharian dengan kemampuan siswa yang rendah dalam merangkai kata-kata dalam tulisan ilmiah
1 komentar:
mam, gaul bangeeeeet blognya hahaha serasa liat blog mahasiswa kece deh ;;)
Posting Komentar
Terima kasih sudah meninggalkan pesan ..